Baca Juga
Bulan Ramadhan selalu menjadi istimewa bagi setiap muslim. Bulan yang penuh dengan obral pahala ini telah mengambil hati seluruh muslim di dunia. Kedatangannya bahkan telah disambut sebulan sampai 2 bulan sebelumnya. Saking antusias banyak di antaranya melampaui batas yang diajarkan oleh Rasulullah.
Ciri Ramadhan yang paling kentara adalah diwajibkannya kita untuk melaksanakan shiyam di siang hari. Selama shiyam tersebut kita dilarang melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dilarang di bulan lain. Istilahnya kita menahan hal-hal yang membatalkan puasa mulai waktu subuh sampai dengan maghrib. Seperti yang kita tahu bahwa hal-hal yang membatalkan shiyam adalah makan dan minum secara sengaja, dan berhubungan seks.
Bagi muslim yang tinggal di Indonesia, waktu menahan untuk tidak melakukan hal yang membatalkan puasa hanyalah sekitar 13-14 jam. Namun untuk muslim yang tinggal di wilayah sub tropis bisa lebih bervariasi waktunya. Tahun ini dikabarkan muslim di Inggris dan sekitarnya yang sedang mengalami musim panas, waktu shiyamnya sampai dengan 20 jam.
Yang menarik di sini adalah budaya masyarakat kita yang bermaksud untuk melakukan shiyam dengan baik, kadang harus dilakukan dengan hal-hal yang kontraproduktif. Misalnya: lebih banyak tidur, menyiapkan menu istimewa untuk buka dan sahur, dan sebagainya.
Berkaitan dengan penyiapan menu istimewa buka dan sahur seringnya mengakibatkan penambahan pos pengeluaran dalam rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga berusaha untuk menyiapkan berbagai penganan khas ramadhan seperti kurma, kolak pisang, es buah, syrop dan sebagainya. Lauk yang dipakai pun seringnya tidak seperti pada hari yang lain. Diusahakan lengkap ada sayur, daging, ikan dsb. Alasannya sederhana, biar anggota keluarga terutama anak-anak tidak malas makan sehingga puasa lancar.
Jika memang alasannya menggugah selera sehingga asupan nutrisi pada saat Ramadhan tercukupi, tentunya bisa dilakukan dengan bijak dan kreatif. Tidak harus nutrisi yang baik itu selalu yang berkaitan dengan yang mahal. Bahkan beberapa makanan yang mahal kurang bagus untuk digunakan karena terlalu membebani kerja pencernaan misal karena
banyak mengandung gula, lemak dan protein yang cukup tinggi. Para Ibu yang bijak akan dengan mudah menyiapkan menu yang tidak membebani keuangan keluarga, yaitu dengan menu yang sederhana. Rasulullah pun mencontohkan berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma maka dianjurkan berbuka dengan air putih. Cukup sederhana bukan?
Pengalaman saya di kantor, banyak sekali acara buka bersama yang kita jadwalkan. Mulai pagi kita sibuk memilih restoran yang bisa memuaskan kita. Harga yang agak mahal pun tak mengapa asal kita bisa nyaman dan puas berbuka. Pastinya bukan hanya di kantor saya, hampir semua komunitas melakukan hal yang sama.
Sebenarnya dengan shiyam, kita seharusnya malah tidak berlebihan dalam hal menyiapkan makanan. Dengan merasakan lapar saat berpuasa diharapkan kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh fakir miskin sehari-hari. Dengan begitu muncul empati kita terhadap mereka. Hal itu diharapkan akan berlanjut dengan rasa syukur kita kepada Allah dan dilanjutkan dengan berbagi dengan mereka. Berlebih-lebihan dalam makan sebenarnya akan menghilangkan hikmah shiyam untuk memunculkan empati tersebut. Kita tidak bisa merasakan susahnya lapar jika dalam hati kita rasa lapar ini hanyalah sinyal biologis semata yang bisa dengan mudah kita penuhi nanti saat buka tiba. Nafsu makan yang selama siang hari kita tahan pun akhirnya kita lampiaskan ketika Maghrib tiba. Sungguhlah sia-sia jika hanya memindahkan waktu makan kita dari siang ke malam
Saya jadi teringat dengan salah satu twit seseorang yang menampilkan gambar seorang mufti Saudi yang menangis. Disebutkan dalam twit tersebut mufti tersebut menangis setelah mendengar pertanyaan dari muslimin di Somalia yang menanyakan apakah shiyamnya sah jika mereka tidak sahur mau pun berbuka. Memang untuk berpuasa dianjurkan untuk mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan buka. Sementara saudara kita di Somalia ini tidak sahur/buka bukan karena malas disebabkan menunya tidak menarik. Mereka tidak sahur dan buka karena tidak ada yang makanan yang bisa dimakan. Tentunya mufti tersebut sangat trenyuh mengetahui saudara-saudara kita tidak bisa berbuka dan sahur. Mereka puasa karena benar-benar tidak ada lagi yang dimakan.
Wahai saudaraku.., masihkah kita tidak bersyukur dan terketuk hati kita melihat kenyataan ini. Mari syukuri kondisi kita saat ini. Janganlah berlebihan dalam berbuka dan sahur. Ingat masih banyak saudara kita yang bahkan untuk sahur dan membatalkan puasa saat berbuka saja, tidak memiliki makanan yang bisa dimakan. Mari mulai menggerakkan tangan menyisihkan rezeki kita untuk mereka. Sederhanalah dalam makan, minum dan berpakaian. Tak perlu sibuk dan menyulitkan diri dengan mencari menu buka dan sahur hanya untuk memuaskan nafsu kita.
Ciri Ramadhan yang paling kentara adalah diwajibkannya kita untuk melaksanakan shiyam di siang hari. Selama shiyam tersebut kita dilarang melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dilarang di bulan lain. Istilahnya kita menahan hal-hal yang membatalkan puasa mulai waktu subuh sampai dengan maghrib. Seperti yang kita tahu bahwa hal-hal yang membatalkan shiyam adalah makan dan minum secara sengaja, dan berhubungan seks.
Bagi muslim yang tinggal di Indonesia, waktu menahan untuk tidak melakukan hal yang membatalkan puasa hanyalah sekitar 13-14 jam. Namun untuk muslim yang tinggal di wilayah sub tropis bisa lebih bervariasi waktunya. Tahun ini dikabarkan muslim di Inggris dan sekitarnya yang sedang mengalami musim panas, waktu shiyamnya sampai dengan 20 jam.
Yang menarik di sini adalah budaya masyarakat kita yang bermaksud untuk melakukan shiyam dengan baik, kadang harus dilakukan dengan hal-hal yang kontraproduktif. Misalnya: lebih banyak tidur, menyiapkan menu istimewa untuk buka dan sahur, dan sebagainya.
Berkaitan dengan penyiapan menu istimewa buka dan sahur seringnya mengakibatkan penambahan pos pengeluaran dalam rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga berusaha untuk menyiapkan berbagai penganan khas ramadhan seperti kurma, kolak pisang, es buah, syrop dan sebagainya. Lauk yang dipakai pun seringnya tidak seperti pada hari yang lain. Diusahakan lengkap ada sayur, daging, ikan dsb. Alasannya sederhana, biar anggota keluarga terutama anak-anak tidak malas makan sehingga puasa lancar.
Jika memang alasannya menggugah selera sehingga asupan nutrisi pada saat Ramadhan tercukupi, tentunya bisa dilakukan dengan bijak dan kreatif. Tidak harus nutrisi yang baik itu selalu yang berkaitan dengan yang mahal. Bahkan beberapa makanan yang mahal kurang bagus untuk digunakan karena terlalu membebani kerja pencernaan misal karena
banyak mengandung gula, lemak dan protein yang cukup tinggi. Para Ibu yang bijak akan dengan mudah menyiapkan menu yang tidak membebani keuangan keluarga, yaitu dengan menu yang sederhana. Rasulullah pun mencontohkan berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma maka dianjurkan berbuka dengan air putih. Cukup sederhana bukan?
Pengalaman saya di kantor, banyak sekali acara buka bersama yang kita jadwalkan. Mulai pagi kita sibuk memilih restoran yang bisa memuaskan kita. Harga yang agak mahal pun tak mengapa asal kita bisa nyaman dan puas berbuka. Pastinya bukan hanya di kantor saya, hampir semua komunitas melakukan hal yang sama.
Sebenarnya dengan shiyam, kita seharusnya malah tidak berlebihan dalam hal menyiapkan makanan. Dengan merasakan lapar saat berpuasa diharapkan kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh fakir miskin sehari-hari. Dengan begitu muncul empati kita terhadap mereka. Hal itu diharapkan akan berlanjut dengan rasa syukur kita kepada Allah dan dilanjutkan dengan berbagi dengan mereka. Berlebih-lebihan dalam makan sebenarnya akan menghilangkan hikmah shiyam untuk memunculkan empati tersebut. Kita tidak bisa merasakan susahnya lapar jika dalam hati kita rasa lapar ini hanyalah sinyal biologis semata yang bisa dengan mudah kita penuhi nanti saat buka tiba. Nafsu makan yang selama siang hari kita tahan pun akhirnya kita lampiaskan ketika Maghrib tiba. Sungguhlah sia-sia jika hanya memindahkan waktu makan kita dari siang ke malam
Saya jadi teringat dengan salah satu twit seseorang yang menampilkan gambar seorang mufti Saudi yang menangis. Disebutkan dalam twit tersebut mufti tersebut menangis setelah mendengar pertanyaan dari muslimin di Somalia yang menanyakan apakah shiyamnya sah jika mereka tidak sahur mau pun berbuka. Memang untuk berpuasa dianjurkan untuk mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan buka. Sementara saudara kita di Somalia ini tidak sahur/buka bukan karena malas disebabkan menunya tidak menarik. Mereka tidak sahur dan buka karena tidak ada yang makanan yang bisa dimakan. Tentunya mufti tersebut sangat trenyuh mengetahui saudara-saudara kita tidak bisa berbuka dan sahur. Mereka puasa karena benar-benar tidak ada lagi yang dimakan.
Wahai saudaraku.., masihkah kita tidak bersyukur dan terketuk hati kita melihat kenyataan ini. Mari syukuri kondisi kita saat ini. Janganlah berlebihan dalam berbuka dan sahur. Ingat masih banyak saudara kita yang bahkan untuk sahur dan membatalkan puasa saat berbuka saja, tidak memiliki makanan yang bisa dimakan. Mari mulai menggerakkan tangan menyisihkan rezeki kita untuk mereka. Sederhanalah dalam makan, minum dan berpakaian. Tak perlu sibuk dan menyulitkan diri dengan mencari menu buka dan sahur hanya untuk memuaskan nafsu kita.
Seorang Imam Menangis Ketika Mendapat Pertanyaan " Apakah Puasa Kami Sah, Meski Tanpa Sahur Dan Ifthar ? " Inilah Alasanya..
4/
5
Oleh
Anonim